Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui, Pencipta yang Bijaksana, Maha Pemberi dan Maha Mulia, Yang Mengurus dan Mengasihi, Yang menurunkan Dzikrul Hakim dan Al-qur’an kepada utusan pembawa agama yang benar dan lurus. Sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada rasul penutup yang mulia, yang di utus membawa kitab yang termulia yakni Muhammad SAW, nabi yang ummi. Semoga Allah SWT mencurahkan keselamatan padanya dan pada keluarganya yang mana mereka adalah pembawa hidayah bagi semua yang mau menerimanya, serta para sahabatnya sebagai insan – insan pilihan. Dan semoga kita semua yang membaca risalah ini di beri taufiq dalam memahami apa yang tertulis di bawah ini dan pada segala sesuatu yang di cintai dan di ridhoi Allah SWT.
Saudaraku ketahuilah,,, makhluk pertama yang di ciptakan Allah SWT adalah ruh Muhammad SAW. Beliau di ciptakan dari cahaya jamalullah (Keindahan Allah). Sebagaimana firman Allah dalam hadis qudsi, “Pertama kali yang AKU ciptakan adalah Ruh Muhammad dari cahayaKU.” Nabi SAW juga bersabda, “Yang pertama di ciptakan oleh Allah ialah ruhku. Dan, yang pertama di ciptakan oleh Allah ialah cahayaku. Dan, yang pertama di ciptakan oleh Allah ialah al-qolam. Dan, yang pertama di ciptakan oleh Allah ialah akal.” (HR.Abu Daud) Artinya adalah bahwa Ruh, Cahaya, Al-Qolam, dan Akal pada dasarnya adalah satu, yaitu Haqiqah Muhammad. Haqiqah Muhammad disebut Nur (energi) karena bersih dari segala kegelapan yang menghalangi jalalullah (Keagungan Allah). Sebagaimana firmanNYA , “Sungguh telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menjelaskan.” (QS. Al-Ma’idah : 15). Haqiqah Muhammad ini di sebut juga akal karena ia yang menemukan dan memahami segala sesuatu. Haqiqah Muhammad ini di sebut juga al-qolam (pena) karena ia menjadi sebab perpindahan ilmu seperti halnya mata pena sebagai penoreh ilmu di hamparan alam huruf (pengetahuan yang tertulis). Ruh Muhammad adalah ruh yang termurni, sebagai makhluk pertama dan asal seluruh makhluk. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Aku dari Allah dan orang – orang beriman dari aku.”
Dan dari ruh Muhammad inilah Allah SWT menciptakan semua ruh di alam lahut (alam qurbah) dalam bentuk yang terbaik dan haqiqi. Alam lahut adalah negeri asal muasal penciptaan, dan setelah 4000 tahun dari penciptaan ruh Muhammad, Allah SWT kemudian menciptakan Arasy dari nur Muhammad dan begitu pula seluruh makhluk lainnya di ciptakan dari nur Muhammad. Setelah semuanya tercipta selanjutnya ruh – ruh itu di turunkan ke alam yang terendah yaitu ke dalam jasad – jasad manusia. Sebagaimana firman Allah SWT, “Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah – rendahnya.” (QS. At-Tin : 5).
Proses turunnya adalah sebagai berikut, setelah ruh tadi di ciptakan di alam lahut (alam qurbah), ruh ini di sebut dengan Ruh Qudsy, kemudian ruh di lapisan alam pertama ini di turunkan ke lapisan alam kedua yaitu alam jabarut. Lalu di bekali cahaya dari bibit tauhid dan di balut dengan cahaya jabarut sebagai pakaian antara dua haram (dimensi) yaitu dimensi ketuhanan dan dimensi makhluk. Ruh di lapisan alam kedua ini di sebut Ruh Sulthoni. Selanjutnya di turunkan lagi ke lapisan alam ketiga yaitu alam malakut dan di balut dengan cahaya malakut, ruh di lapisan alam ketiga ini di sebut Ruh Ruwani. Selanjutnya di turunkan lagi ke lapisan alam keempat yaitu alam mulk dan di balut dengan cahaya mulk, ruh di lapisan alam keempat ini di sebut Ruh Jasmani. Selanjutnya Allah SWT menciptakan jasad – jasad sebagaimana firmanNYA, “Dari bumi (tanah) itulah kami menjadikan kamu dan kepadanya kami akan mengembalikan kamu dan dari padanya kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.” (QS. Thaha : 55).
Setelah tercipta jasad – jasad tadi, Allah SWT memerintahkan ruh jasmani di alam mulk tadi agar masuk ke dalam jasad – jasad itu. Sebagaimana firmanNYA, “Dan AKU tiupkan ruh ciptaanKU dari-KU.” (QS. Al-Hijr : 29). Ketika ruh berada di dalam jasad dan merasa senang di dalamnya, ruh lupa akan perjanjian awal di alam lahut, yaitu hari perjanjian ketika Allah SWT bertanya “bukankah aku ini tuhan kalian? ” “Mereka menjawab, ‘betul (engkau tuhan kami), kami bersaksi.”(QS. Al-A’raf : 172). Oleh karena ruh lupa pada perjanjian awalnya maka ia tidak dapat kembali ke alam lahut (negeri asal). Akan tetapi dengan kasihNYA maka Allah SWT pun menolong ruh – ruh tersebut dengan menurunkan kitab – kitab samawi melalui utusan – utusanNYA yang mengingatkan mereka tentang negeri asal. Sebagaimana firmanNYA, “Dan ingatkanlah mereka pada hari – hari Allah.” (QS. Ibrahim : 5). maksud dari “hari – hari Allah” adalah hari saat pertemuan antara Allah SWT dengan seluruh arwah di alam lahut, akan tetapi hanya sedikit orang yang sadar dan berkeinginan sampai ke negeri asal.
Lalu Allah SWT memberi tugas risalah kepada ruh yang agung penutup risalah dan penyelamat dari ketersesatan, Muhammad SAW. Allah SWT mengutus beliau untuk mengingatkan manusia – manusia yang lupa dan lalai agar terbuka mata bashirohnya dari lelap yang melalaikan. Maka beliaupun mengajak semua manusia agar kembali dan bisa bertemu dengan jamalullah yang azali. Sebagaimana firmanNYA, “Katakanlah muhammad, inilah jalanku, aku dan orang – orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan bashiroh.” (QS. Yusuf : 108). Nabi juga bersabda, “Para sahabatku seperti bintang – bintang, mengikuti yang manapun kalian pasti akan mendapat petunjuk.” (HR. Al-qurthubi). Pada ayat tadi di jelaskan bahwa nabi mengajak manusia kembali kepada Allah dengan bashiroh. Bashiroh adalah inti ruh yang terbuka bagi mata hati, bashiroh tidak akan terbuka bagi mereka yang hanya mendalami ilmu lahir saja, dan untuk membukanya harus dengan ilmu bathin, ilmu yang langsung dari Allah setelah melakukan mujahadah. Sesuai dengan firmanNYA, “Dan kami telah ajarkan kepadanya satu ilmu dari sisi kami.” (QS. Al-kahf : 65). oleh sebab itu, orang yang ingin membuka inti ruhnya harus berguru kepada ahli – ahli bashiroh dengan mengambil talqin dari seorang wali mursyid yang memberi petunjuk langsung dari alam lahut.
Wahai saudaraku,,, perhatikanlah dan fahamilah akan hal ini, terutama saudaraku yang mempunyai tali hubungan nasab dengan Rasulullah, cepat – cepatlah memohon ampun pada tuhan kalian dengan segera bertobat, Allah berfirman, “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang di sediakan bagi orang – orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran : 113). Dan masuklah pada ath-thoriq, jalan kembali kepada Allah dan kembalilah pada tuhan kalian bersama golongan ahli ruhani.
Wahai saudaraku,, waktu sangatlah sempit, sedang jalan hampir tertutup dan sungguh sulit mencari teman yang dapat mengajak kembali ke negeri asal (alam lahut). Kita saat ini berada di bumi yang hina dan akan hancur ini, jangan hanya berpangku tangan lalu makan, minum, dan memenuhi hawa nafsu belaka, nabi kalian selalu menunggu dan sangat khawatir memikirkan kalian. Sebagaimana sabda nabi SAW, “Aku menghawatirkan umatku yang hidup di akhir zaman.” Seorang ahli syair berkata, “Kita duduk diam di tempat gelap ini (dunia) tidak akan berarti apa – apa, Sekarang bangkitlah dan mabukkan hatimu dengan anggur suci.” By, shaleh ahmad buftem.
KAJIAN KEDUA :
KEMBALINYA MANUSIA KE ALAM LAHUT
Manusia itu ada dua macam yaitu manusia jasmani dan manusia ruhani. Manusia jasmani adalah manusia seperti pada umumnya, sedangkan manusia ruhani adalah manusia khowwas (manusia khusus) dan dia adalah mahromnya alam lahut atau yang di sebut alam qurbah. Kembalinya manusia jasmani ke alam lahut berarti kembalinya dia kepada derajat surga dan itu di sebabkan oleh pengamalannya pada ilmu syariah, thoriqoh, dan makrifah. Sebagaimana sabda nabi SAW, “Hikmah yang luas adalah mengenal Allah yang di amalkan tanpa riya’ dan sum’ah.” Derajat surga ada tiga tingkatan sesuai jumlah amalan manusia jasmani tadi (syariah, thoriqoh, makrifah), pertama surga di alam mulk yaitu Jannatul Ma’wa, kedua surga di alam malakut yaitu Jannatul Na’im, dan ketiga surga di alam jabarut yaitu Jannatul Firdaus, semua ini adalah kenikmatan manusia jasmani. Dan manusia jasmani tidak akan sampai pada tiga alam tersebut dengan tiga kenikmatannya kecuali dengan ilmu syariah, thoriqoh dan makrifah. Sesuai sabda nabi SAW, “Hikmah yang luas adalah mengenal Allah dan mengamalkannya adalah makrifah bathin.” Sabda nabi juga, “Barang siapa yang mengenal nafsunya dan melawannya, berarti dia mengenal tuhannya dan mengikuti jalanNYA.”
Sedangkan kembalinya manusia khusus ke alam lahut itu berarti kembali ke alam qurbah, yaitu dengan mengamalkan ilmu haqiqah. Ilmu haqiqah yang di maksud adalah tauhid yang di ajarkan di alam qurbah atau alam lahut. Pencapaian manusia khusus pada alam ini terjadi saat ia hidup di dunia, karena kebiasaan dia dalam beribadah baik dalam keadaan tidur maupun terjaga. Dan justru pada saat tidur itulah qalbu manusia khusus mendapat kesempatan kembali ke alam lahut baik keseluruhan maupun sebagian saja. Sebagaimana firman Allah SWT, “Allah memegang jiwa orang ketika matinya dan memegang jiwa orang yang belum mati di waktu tidurnya, maka DIA tahanlah jiwa orang yang telah DIA tetapkan kematiannya dan DIA melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang di tetapkan.” (QS. Az-zumar : 42). Oleh karena itu nabi bersabda, “Tidurnya orang alim lebih besar pahalanya dari pada ibadahnya orang bodoh.”
Kembalinya manusia khusus ke alam lahut setelah qalbunya hidup oleh karena pancaran tauhid dan melazimkan asma – asma tauhid dengan lisan sirri tanpa huruf dan suara. Allah berfirman dalam hadist qudsi, “ilmu bathin adalah rahasiaKU yang paling rahasia, AKU wujudkan di dalam qalbu hambaKU dan tidak ada yang bisa memberikan pemahaman tentangnya kecuali AKU.” Allah SWT juga berfirman, “AKU ini sesuai sangkaan hambaKU, AKU bersamanya ketika dia mengingatKU, bila dia mengingatKU pada qalbunya, AKU pun mengingatnya pada dzatKU, dan bila dia mengingatKU pada suatu kumpulan dan AKU pun akan mengingatnya di dalam kumpulan yang lebih baik darinya.” Berdasarkan hadist di atas ini maka maksud dari keberadaan manusia adalah agar ia mampu kembali ke alam lahut dengan Tafakur. Nabi SAW bersabda, “Tafakur sesaat lebih besar pahalanya dari pada ibadah setahun.” Beliau juga bersabda, “Tafakur sesaat lebih besar pahalanya dari pada ibadah 70 tahun.” Beliau juga bersabda, “Tafakur sesaat lebih besar pahalanya dari pada seribu tahun.”
Dari hadist – hadist di atas tadi dapat di ambil tiga pemahaman yaitu bahwa manusia yang tafakur dalam tafsilan – tafsilan cabang meskipun hanya satu jam maka nilai tafakurnya lebih besar dari pada ibadah selama setahun, sedangkan tafakur tentang aturan – aturan ibadah wajib maka nilai tafakurnya lebih besar dari pada 70 tahun, dan tafakur tentang makrifah kepada Allah nilai tafakurnya lebih besar dari pada beribadah seribu tahun.
Tafakur tentang makrifah kepada Allah ini di sebut dengan ilmu irfan, yaitu di alam tauhid, dan hanya dengan cara itu seorang arif billah akan sampai kepada dzat yang di ketahui dan di cintainya. Hasil pengetahuan dari orang yang arif billah adalah kemampuannya untuk “terbang” dengan ruhaninya menuju alam qurbah. Tela’ah dan fahamilah baik – baik ungkapan syair jalaluddin ar-rumi ini wahai saudaraku,, “Burung simurgh di gunung qaf adalah qurbahku dan elang adalah kekuatanku, Penyelam mutiara adalah hidupku dan jadilah seperti ahli permata hingga kau bisa mengenal nilai manusia dan jiwa.” Seorang ahli ibadah menuju surga dengan berjalan, sedangkan seorang arif billah terbang ke alam qurbah, sebagaimana ungkapan para ulama tasawuf, “Kalbu para ahli makrifah memiliki mata, mampu melihat apa yang tak bisa di lihat orang biasa Memiliki sayap yang bisa terbang tanpa bulu, mengepak hingga malakutnya pencipta alam.” Sebagaimana firman Allah dalam hadist qudsi, “Wali – waliKU di bawah qubah – qubahKU, tidak ada yang mengetahuinya selain AKU.” Sayyid yahya bin mu’adz ar-razi berkata, “Wali adalah wewangian Allah di bumi ini, tidak ada yang mampu mengenali aromanya kecuali orang – orang yang bergelar shiddiqin (orang yang sungguh – sungguh dalam melaksanakan ketaqwaan).”
Bagi shiddiqin aroma wangi sang wali akan tercium hingga ke lubuk qalbunya. Aroma itu lantas menimbulkan gairah rindu mereka pada tuhannya. Sehingga ketaqwaannya semakin meningkat menurut kadar dan derajat akhlak serta kefanaan mereka. Dan para wali juga adalah orang yang ada dalam keadaan fana (lebur diri) dan selalu musyahadah kepada Allah SWT, makin tinggi qurbahnya makin bertambah pula fananya. Bahkan dirinya tidak punya kemampuan memilih dan tidak ada tepat yang tenang baginya selain Allah SWT. Para wali adalah orang – orang yang di perkuat dengan karomah, tetapi mereka sendiri tertutup dalam karomah karena tidak di beri izin untuk menjelaskannya. Sebab menjelaskan rahasia ketuhanan adalah kufur. Sebagaimana yang di katakan imam busyiry, “Orang – orang yang memiliki karomah, mereka tertutup terhadap pengetahuan mengenai karomah.”
Karomah sendiri pada haqiqahnya adalah seperti haid bagi rijalullah, menunjukkan karomah kepada orang lain bagi rijalullah adalah ibarat perempuan yang memberitahukan atau memamerkan haidnya. Rijalullah yang telah menyelesaikan dan melewati tingkatan karomah ini maka ia akan mudah masuk dan melewati tingkatan lainnya. Sesungguhnya karomah para wali adalah haqq (benar), segala ahwal para wali adalah haqq (benar) tetapi semua itu tidak lepas dari istidraj, lain halnya dengan mukjizat para nabi karena mukjizat para nabi aman dari semua itu. Sehingga di katakan, “Ketakutan pada su’ul khatimah adalah penyebab selamatnya dari su’ul khatimah.” Ahli syair berkata, “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba – hamba yang cerdas, mereka selalu menjauhkan diri dari tipu daya dunia dan takut akan kenikmatan – kenikmatan duniawi yang sementara. Ia benamkan dunia di dasar laut yang paling dalam, lalu mereka hanya mengambil amal shaleh saja darinya dengan mempertimbangkan bagaimana nanti akhirnya dan bagaimana nanti akibatnya. Dan mereka tidak lelah untuk menunjukkan ahwal yang manis.” By, Shaleh ahmad buftem
KAJIAN KETIGA :
TURUNNYA MANUSIA KE ALAM YANG PALING BAWAH
Adapun ilmu yang di turunkan kepada kita ada dua, yaitu ilmu lahir, yakni syariah dan ilmu bathin, yakni makrifah. Syariah untuk jasad kita dan makrifah untuk bathin kita. Keduanya harus di padukan dan dari perpaduannya membuahkan ilmu haqiqah. Seperti perpaduan antara pohon dan dedaunan yang menghasilkan buah. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dia membiarkan dua lautan mengalir, yang keduanya kemudian bertemu dan di antara keduanya ada batas yang tidak dapat di lampaui oleh masing – masing.” (QS. Ar-Rahman : 20). Jika tidak di padukan manusia tidak akan mencapai ilmu haqiqah dan tidak akan sampai pada tujuan inti ibadah (wushul ilallah). Ibadah yang sempurna hanya dapat di wujudkan dengan perpaduan ilmu lahir dan ilmu bathin. Sebagaimana firmanNYA, “Dan tidak AKU ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKU.” (QS. Dzariyat : 56). Adapun yang di maksud “agar beribadah kepadaku” adalah makrifah (kenal) kepadaku, sebab bagaimana orang bisa beribadah kepadaNYA jika tidak mengenalnya, dan makrifah dapat di capai setelah tirai hawa nafsu yang menghalangi cermin qalbu di buka, yaitu dengan sering – sering membersihkannya. Setelah bersih manusia akan melihat indahnya kanzul makhfiyah (perbendaharaan yang terpendam dan tertutup) pada rasa terdalam di lubuk qalbu. Sebagaimana firmanNYA dalam hadist qudsy, “AKU adalah kanzul makhfiyah, AKU ingin di kenali, KUciptakan makhluk pun agar mereka mengenalKU” Dari sini bisa di simpulkan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah agar manusia makrifah (kenal) kepada Allah SWT.
Makrifatullah (mengenal Allah) itu ada dua macam, makrifah sifat Allah dan makrifah dzat Allah. Makrifah sifat menjadi tugas setiap jasad di dunia dan akherat sedangkan makrifah dzat menjadi tugas ruh qudsy di akherat saja. Sebagaimana firmanNYA, “KUperkuat manusia dengan ruhul qudsy.” (QS. Al-Baqarah : 87). Makrifah sifat dan makrifah dzat hanya bisa di kuasai dengan memadukan ilmu lahir dan bathin. Nabi bersabda, “ilmu itu ada dua macam, pertama ilmu lisan, sebagai hujjah Allah kepada hambanya, Kedua, ilmu bathin yang bersumber di lubuk qalbu, ilmu inilah yang berguna untuk mencapai tujuan pokok dalam ibadah.” (HR. Ad-Darimi).
Pada mulanya manusia membutuhkan ilmu syariah agar dengan usaha fisiknya sesuai dengan kadar pengetahuannya terhadap makrifah sifat ia mendapat derajat atau pahala. Pada tahap selanjutnya manusia pasti membutuhkan ilmu bathin sehingga dengan kemampuan ruhul qudsinya ia sampai pada alam makrifah. Adapun untuk mencapai tujuan ini manusia harus meninggalkan segala sesuatu yang menyalahi syariah dan thoriqoh. Ini akan dapat di capai dengan melatih diri meninggalkan hawa nafsu dan menegakkan berbagai kegiatan ruhaniyah dengan tujuan mendapat ridha Allah tanpa riya’ dan sum’ah.
Adapun yang di maksud dengan alam makrifah pada haqiqahnya adalah alam lahut (alam qurbah). Dia adalah negeri asal tempat di ciptakannya Ruhul Qudsy dalam wujud yang terbaik dan haqiqi. Sedangkan yang di maksud Ruhul Qudsy adalah Insanul Haqiqi atau Haqiqotul Insan yang tinggal di lubuk qalbu, di mana manifestasi dari wujudnya akan muncul dengan taubah, talqin dan melazimkan dengan terus menerus kalimat “Laa ilaha illallah.” Pertama – tama di ucapkan dengan lidah, setelah qalbunya hidup lalu ia lafadzkan dengan lisan qalbunya. Para ahli tasawuf menamakan Insanul Haqiqi ini dengan sebutan Thiflul ma’ani (bayi ma’nawi), karena ia lahir dari qalbu dan berasal dari makna – makna yang suci (ma’nawiyatul qudsiyah) karena ia bersih dari syirik, bersih dari lupa dan lalai kepada Allah dan bersih dari dosa – dosa fikiran.
Di lihat dari kondisi sebenarnya ternyata hanya thiflul ma’ani atau insanul haqiqi yang bisa merasakan nikmatnya musyahadah langsung pada Allah SWT. Sedangkan jasad dan ruh jasmani tidak bisa berhubungan langsung dengan Allah SWT, karena keduanya bukan mahrom bagi Allah SWT. Nabi bersabda, “Allah memiliki surga yang di dalamnya tidak ada bidadari dan istana, tanpa madu dan susu, kenikmatan di surga itu hanya satu, yaitu melihat dzat Allah.” Sebagaimana juga yang di firmankan Allah SWT, “Wajah – wajah orang mukmin pada hari itu berseri – seri, kepada tuhannyalah mereka melihat.” (QS. Al-Qiyamah : 22 – 23). Dan juga di jelaskan dalam sabda nabi SAW, “Kalian akan melihat tuhan kalian, seperti kalian melihat bulan pada malam purnama.” (HR. Bukhori). Andaikan jasmani dan malaikat pun memaksa masuk ke alam lahut ini maka keduanya pasti akan terbakar. Sebagaimana firman Allah dalam hadist qudsy, “Seandainya di buka kesucian wajahKU yang mulia, maka pastilah terbakar segala sesuatu sejauh mataKU memandang.” (HR. Muslim). Sebagaimana juga yang di ucapkan malaikat jibril, “Andaikan aku mendekat, pastilah aku terbakar”
Ketika Allah SWT menciptakan ruh qudsi di alam lahut lalu di turunkan ke alam terendah tiada lain adalah untuk menyempurnakan unsiyah dan qurbiyahnya kepada Allah SWT. Jika unsiyah dan qurbiyah telah sempurna maka itulah maqom para wali. Tujuan utama di turunkannya ruh qudsy ke alam terendah yaitu agar menjadi manusia, dan dengan qalbu dan jasadnya tadi manusia dapat mencapai derajat al-qurbah. Makanya Allah SWT menanamkan bibit tauhid di qalbu saat di alam jabarut, agar nantinya dengan amalannya dapat tumbuh menjadi pohon tauhid, sehingga dapat menghasilkan buah tauhid untuk menggapai derajat al-qurbah. Allah SWT juga menanamkan benih syariah di dalam jasad agar nantinya dengan amalannya dapat tumbuh menjadi pohon syariah dan menghasilkan buah syariah untuk menggapai derajat surga.
Setelah proses penurunan ruh qudsy ke tempat terendah yaitu alam mulk maka Allah memerintahkan setiap jenis ruh tadi (ruh qudsy, ruh sulthoni, ruh ruwani dan ruh jasmani) untuk masuk ke dalam jasad manusia, dan masing – masing memiliki tempatnya sendiri – sendiri dalam jasad manusia. Tempatnya ruh jasmani adalah di antara daging dan darah, tempat ruh ruwani adalah di hati (al-qalb), tempatnya ruh sulthoni adalah di mata hati (al-fu’ad), dan tempatnya ruh qudsy adalah di rasa (sirri). Dan setiap lapisan ruh itu mempunyai hanut (orbit) atau ruang edar di alam wujud ini dan masing – masing memiliki potensi, hasil dan manfaat, yang tidak akan sia – sia baik lahir maupun bathin.
Oleh karena itu, manusia wajib mengetahui bagaimana cara mengolah masing – masing lapisan ruh itu di alam wujudnya. Sebab, apapun yang di hasilkan dari pengolahan atau penggalian potensi tiap lapisan ruh itu pasti akan di minta pertanggung jawabannya di hari kiamat. Sebagaimana firman Allah, “Maka apakah dia tidak mengetahui apabila di bangkitkan apa yang ada di dalam kubur dan di lahirkan apa yang ada di dalam dada.” (QS. Aadiyat : 9 – 10). Dalam ayat lain Allah juga berfirman, “Dan tiap – tiap manusia itu telah kami tetapkan amal perbuatannya sebagaimana tetapnya kalung pada lehernya, dan kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang di jumpainya terbuka.” (QS. Al-isra’ : 13). “Kakek kalian telah membuka jalan dan meninggalkan jejak agar kalian cepat datang Fahamilah hal ini baik – baik wahai saudaraku,,, agar kalian tidak menyesal di akan datang” By, shaleh ahmad buftem
KAJIAN KEEMPAT :
RUANG EDAR RUH DI DALAM JASAD
Ruang edar (orbit) ruh jasmani di dalam jasad adalah di semua anggota tubuh yang terlihat. Penggalian potensinya adalah dengan amalan syariah. Bentuk konkret amalannya adalah ibadah wajib yang sudah di perintahkan seperti hukum syariah yang telah di tetapkan. Amalkanlah tanpa di iringi syiriq dan sum’ah. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada tuhannya.” (QS. Al-kahf : 110). Sebagaimana juga sabda nabi SAW, “Sesungguhnya Allah itu ganjil dan mencintai yang ganjil.” (HR. At- Turmudzi). maksud dari ayat dan hadist di atas adalah amal yang tidak disertai syiriq, riya’ dan sum’ah.
Keuntungan dunia dari pengolahan ruh jasmani adalah wilayah, mukasyafah dan musyahadah di alam mulk. Seperti karomah para wali yang bisa berjalan di atas air, terbang di udara, menyingkat jarak, mendengar dari jauh dan lain sebagainya. Adapun keuntungan akherat dari pengolahan ruh jasmani adalah mendapatkan surga, bidadari, istana, makanan dan minuman segar. Dan surga bagi orang yang mampu mengolah ruh jasmaninya ada di tingkat yang pertama yaitu jannatul ma’wa.
Adapun orbit ruh ruwani adalah di hati (qalbu). Penggalian potensinya adalah ilmu thoriqoh. Bentuk konkret amalannya adalah sibuk dengan 4 asma Allah SWT yang pertama yaitu (Laa ilaha illalla, Allah, Huwa, Haqq) dari 12 asma Allah SWT yang utama yaitu (Laa ilaha illallah, Allah, Huwa, Haqq, Hayyu, Qayyum, Qahhar, Wahhab, Fattah, Wahid, Ahad dan shamad) tanpa suara dan huruf. Sebagaimana di isyaratkan dalam firman Allah SWT, “Katakanlah, Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman dengan nama yang mana saja kamu seru, DIA mempunya Asmaul Khusna.” (QS. Al-Isra’ : 110). Ayat ini menunjukkan bahwa asma Allah adalah sarana untuk menyibukkan diri dengan menyebutnya secara khusyuk, inilah yang di sebut ilmu bathin. Sedangkan makrifah adalah hasil dari melazimkan asma – asma Allah tadi sebagaimana sabda Nabi SAW, “Allah memiliki 99 nama, orang yang menguasainya akan masuk surga.” Yang dimaksud dengan “menguasainya” pada hadist di atas adalah menerapkan subtansi Asmaul Khusna itu ke dalam diri dan berakhlaq sesuai dengan akhlak yang terkandung dalam Asmaul Khusna.
Wahai saudaraku,, fahamilah kalimat di bawah ini dengan baik – baik, Dua belas asma Allah yang di sebut di atas tadi merupakan sumber dari seluruh asma Allah yang ada. Jumlah yang 12 itu sesuai dengan jumlah huruf dalam kalimat “Laa ilaha illallah” dan Allah menetapkan kalimat ini ke dalam salah satu fase – fase perjalanan qalbu di alam ruhani. Dimana setiap huruf dari kalimatnya (Laa ilaha illallah) mengandung satu asma Allah SWT. Dan bagi setiap alam ruhani ada tiga asma Allah SWT dan Allah SWT menetapkan asma – asma tersebut pada qalbu orang – orang yang muhibbin (cinta) padaNYA. Setelah itu Allah SWT menurunkan ketenangan qalbu pada muhibbin saat bermesraan (unsiyah) dan menumbuhkan qalbu mereka pohon tauhid yang akarnya tertancap di tujuh lapis bumi hingga yang paling dasar, sedangkan cabangnya menjulang ke langit ketujuh hingga di atas arasy, Sebagaimana firman Allah, “Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya yang kuat dan cabangnya menjulang ke langit.” (QS. Ibrahim : 24). Adapun keuntungan dari penggalian potensi ruh ruwani ini adalah hidupnya qalbu dan musyahadah di alam malakut, seperti menyaksikan surga, penduduknya, cahayanya dan malaikat – malaikatnya. Keuntungan lainnya adalah mudahnya melafadzkan asma bathin dengan lisan bathin, tanpa suara dan huruf. Dan surga bagi orang yang mampu mengolah ruh ruwaninya ada di tingkat yang kedua yaitu Jannatun na’im.
Adapun orbit ruh sulthoni adalah di mata hati (fu’ad). Penggalian potensinya adalah dengan makrifah. Bentuk konkret amalannya adalah dengan melazimkan diri pada 4 asma yang kedua yaitu (Hayyu, Qayyum, Qahhar, Wahhab) dengan menggunakan lisan qalbu atau bathin, tanpa suara dan huruf. Nabi bersabda, “Sesungguhnya al-quran mempunyai dhahir dan bathin, dalam setiap bathinnya masih ada bathin lagi hingga tujuh tingkat.” (HR. Ibnu Hibban). Ilmu bathin tercatat sebagai ilmu yang berfanfaat kerana kebanyakan ilmu yang bermanfaat sumbernya dari qalbu atau bathin. Setiap pemahaman yang lebih bathin berarti lebih bermanfaat, karena bathin ini adalah sumber atau pusat atau pokok segala hal.
Asma asma Allah yang utama (12 tadi) di lihat dari jumlahnya seperti mata air yang mengalir dari pukulan tongkat Nabi Musa AS. Sesuai perumpamaan ini maka ilmu lahir itu seperti air hujan yang turun ke bumi dan ilmu bathin seperti air dari mata air, air dari mata air lebih bermanfaat dari pada air hujan dan air dari mata air tidak akan pernah habis. Jika dengan air hujan Allah mengeluarkan biji = bijian dari bumi afaqi ini sebagai makanan utama hewan – hewan yang hanya mengandalkan hawa nafsu, maka Allah dengan air dari mata air mengeluarkan biji – bijian dari bumi anfasi yang merupakan makanan utama ruh. Nabi bersabda, “Orang yang ikhlas kepada Allah selama 40 hari, akan timbul sumber – sumber dari qalbunya melalui lisannya.” (HR. Abu Nu’aim). Adapun keuntungan dari penggalian potensi ruh sulthoni ini adalah melihat pantulan jamalullah. Nabi bersabda, “Orang yang mukmin (beriman) cermin Al-mukmin.” Adapun yang di maksud dengan lafadz mukmin yang pertama adalah qalbu hamba Allah yang beriman secara haqiqi, sedangkan lafadz mukmin yang kedua adalah dzat Allah SWT. Dan surga bagi orang yang mampu mengolah ruh sulthoninya ada di tingkat yang ketiga yaitu Jannatul firdaus.
Adapun orbit ruh qudsy adalah di dalam rasa (sirri). Penggalian potensinya adalah dengan ilmu haqiqah yaitu ilmu tauhid. Bentuk konkret amalannya adalah dengan melazimkan 4 asma terakhir (Fattah, Wahid, Ahad, Shamad) dengan lisan sirri tanpa suara dan huruf. Adapun keuntungan dari pengolahan ruh qudsy ini adalah lahirnya thiflul ma’ani, musyahadah dan melihat dzat Allah SWT, baik keagunganNYA maupun keindahanNYA dengan penglihatan sirri. Allah SWT berfirman, “Wajah orang – orang mukmin pada hari itu berseri – seri, kepada tuhannya mereka melihat.” (QS. Al-Qiyamah : 22 – 23). Dalam penglihatan itu dzat Allah tidak dapat di jelaskan dengan bentuk, cara maupun dengan perumpamaan. Allah SWT berfirman, “Tidak sesuatu pun yang serupa dengan DIA, DIA yang Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. As-syura : 11).
Di tahap ini manusia sudah sampai pada tujuannya. Jika manusia telah sampai pada tujuannya, akal tidak akan mampu menggambarkannya, qalbu tidak akan mampu membayangkannya, lidah tidak akan mampu membicarakannya dan memberitahukannya karena Allah SWT bersih dari perumpamaan. Bila khabar seperti ini sampai kepada orang awam dia harus bertanya kepada ulama, bila khabar seperti ini sampai kepada para ulama mereka harus memahami terlebih dahulu tingkatan qalbu, mereka harus memiliki keinginan untuk mencapai haqiqahnya dan harus menghadapkan diri ke derajat paling tinggi dan harus berjuang agar sampai kepada ilmu ladunni. Dan itu adalah pengetahuan Ahadiyah. “Laa ilaha illallah Muhammadur Rasulullah, kalimat ini terdiri dari 24 huruf dan sesuai dengan jumlah jam dalam sehari semalam (24 jam), Fahamilah hal ini baik – baik wahai saudaraku,,, karena langkah kalian pasti menentukan tempat kembalinya kalian, sedangkan kakek kalian telah membuka jalan dan meninggalkan jejak untuk kalian agar kalian cepat datang ke tempat beliau berasal.”
KAJIAN KELIMA :
PENUTUP,,,
Saudara2ku,, dari sebagian petikan catatan2 kecil dari KEEMPAT KAJIAN DI ATAS TADI maka dapat di tarik kesimpulan bahwa harus kemana kita melangkah, harus kemana tujuan kita sebagai hamba Allah SWT sekaligus sebagai generasi penerus rosulullah SAW yg mana kita pernah menetap ϑι̥ sulbi beliau. Derajat mana yg mau kita tujuh itu trgantung dr amal kita sekarang, jalan mana yg mau kita tempuh itu jg tergantung langkah kita sekarang,kl mau kita petakn derajat2 tadi sesuai dengan tingkatan kelas2 ϑι̥ dunia ini pada umumnya maka empat alam yg disebutkan ϑι̥ atas dgn berbagai kenikmatan surganya dapat kita bagi sebagai berikut: yg pertama, yg paling bawah yakni alam mulk ini kalau ϑι̥ dunia kita bs ibaratkn seperti kelas ekonomi, yg kedua alam malakut ibaratnya kelas bisnis, yg ketiga alam jabarut ibaratnya kelas executive & yg keempat,yg paling atas yakni alam lahut ibarat kelas VVIP. Ke kelas mana kita kembali nantinya semuanya tergantung kepada amal perbuatan kita saat ini ϑι̥ dunia ini.
Saudaraku,, ketahuilah bahwa sesungguhnya kakek2 kalian termasuk jadduna rosulullah SAW sangat berharap kalian dapat kembali ketempat beliau berasal yakni alam lahut dengan semua fasilitas2 & kenikmatan2nya antara lain: melaluinya tanpa hisab & kenikmatan yg paling sempurna yakni dapat melihat Allah SWT secara lansung(tajalli). Saudara2ku,, kenapa ϑι̥ dunia ini kita selalu mengharapkan & berusaha utk mendapatkan kelas/derajat VVIP, lalu kenapa untuk derajat ϑι̥ akherat kita tidak berusaha sekuat tenaga,,? Lalu timbul pertanyaan dlm diri kita, apakah kita bisa,,? apakah kita mampu,,? sedangkan kita saat ini adalah pendosa, saudara2ku,, ketahuilah jalan masih panjang, pintu taubah masih terbuka, sebelum jalan ini memendek & sebelum pintu taubah tertutup kembalilah,, kembalilah,, kembalilaaah,, kejalan yg telah siapkan & telah dijalani oleh kakek2 kalian, yakinlah bahwa jalan ini adalah jalan yg paling mudah & yakinlah bahwa kakek2 kalian akan membantu kalian asal kalian mau masuk & menempuh jalan mereka yg telah disiapkan untuk kalian.
Saudara2ku,, lihatlah waktu semakin sempit untuk kita jangan sampai kalian terkecoh oleh gemerlap dunia sehingga kalian tidak mampu melihat jejak & tidak mampu menempuh jalan kakek2 kita, ingatlah bahwa kalian perna berada ϑι̥ sulbi jadduna SAW yg mana ini adalah anugrah yg sangat luar biasa yg tidak dimiliki sebagian insan ϑι̥ akhir zaman ini & bahkan ϑι̥ seluruh zaman, yg mana bs kalian jadikan modal & bekal dlm menempuh perjalanan panjang ini. Saudaraku kajian2 diatas bukan bermaksud menggurui, akan tetapi ini adalah titipan amanah yg hrus disampaikan, kajilah & tela'ah baik2 makna yg terdalam dlm setiap kalimat2nya, insya'allah ridho & rahmatNya selalu tercurah kpd kita semua berkat syafa'ah dari jadduna SAW. Afuan wa syulron katsir. By, shaleh ahmad buftem, Dr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar